Kamis, Mei 03, 2018

Dakwah adalah satu seni dan kepemimpinan.



Kaidah Berdakwah 11 :
Dakwah adalah satu seni dan kepemimpinan.
Ia tegak atas perencanaan dan mutaba’ah

Sebagian besar para du’at mengira bahwa dakwah hanyalah usaha menyeru manusia kepada kebaikan dengan menggunakan kalimat-kalimat yang baik pada segala situasi atau kondisi. Kemungkinan juga dakwah itu berjalan secara tidak direncanakan berdasarkan perbedaan kemampuan para da’i .

Ada sebagian para da’i diberikan Allah kemampuan yang luar biasa dan hebat dalam menyampaikan dakwah. Manusia mudah tertarik dengan seruan dakwahnya dan sang da’i tadi mampu menjinakkan hati-hati para mad’unya. Tapi sebagian yang lain pula dikalangan para da’i tidak memiliki kemahiran (skill) dan seni untuk berdakwah yang dapat menarik pandangan para pendengar seperti itu.

Namun, kedua bagian duat ini sangat memerlukan untuk memahami prinsip-prinsip berdakwah, tahu uslub dan teknik berdakwah serta latihan-latihan kemahiran untuk berdakwah. Justru itu dakwah adalah satu seni yang perlu dipelajari, kaedah dan uslub yang dikembangkan dan metode yang  baik dengan cara yang modern dan kontemporer. Hal ini memerlukan sebuah perencanaan (plan). Dakwah yang tidak terencana akan mudah dikalahkan dengan jahiliyah yang terencana.
الحق بلا نظام يغلبه الباطل بنظام
Kebenaran yang tidak terorganisir akan mudah dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir. (Ali bin Abi Thalib)

Jika para da’i gagal merencanakan cara berdakwah berarti para da’i tadi merencanakan untuk menggagalkan dakwah.

Perencanaan atau takhtit adalah elemen penting bagi kemenangan dakwah. Apa lagi dakwah perlu melalui fase-fasenya yang menuntut strategi dan perencanaan.  Sirah Rasulullah SAW sendiri menunjukkan bahwa baginda selalu melakukan perencanaan pada setiap kemenangan misi dakwahnya. Peristiwa Hijrah cukup membuktikan bahwa betapa pentingnya sebuah rencana di dalam melaksanakan amal dakwah agar amal dakwah itu menjadi Amal Qawiy (amal unggulan).

Perencanaan yang baik akan menghasilkan seni dakwah yang produktif. Ini karena perencanaan merupakan tasawwur (gambaran) teorikal terhadap perjalanan dakwah. Sejauh mana perencanaan itu disusun dan menguasai setiap dimensinya akan membawa kepada hasil sebuah tujuan (natijah) dengan bantuan dari Allah dan ikhlas bertawakal kepadaNya.
Dunia modern hari ini adalah dunia yang berasaskan kepada strategi dan perencanaan dalam aspek ekonomi, politik dan pendidikan. Tanpa perencanaan tidak akan mendapat hasil dan kesuksesan pada organisasi maupun masyarakat sekitarnya.

Dalam konteks ini, kerja dakwah sangat memerlukan perencanaan. Perencanaan itu harus mengandung 4 hal yaitu :
1. Ada  tujuan yang jelas, spesifik dan mudah dicapai (terukur).
2. Ada  wasilah /sarana (metode/manhaj) untuk mencapai tujuan tersebut.
3. Ada bahan yaitu sumber manusia yang bersifat material atau maknawi untuk melaksanakan tugas dan peranan tersebut.
4. Ada mutaba’ah dan penilaian yang berkelanjutan (istimror).

Jika ini dilaksanakan, dakwah akan melahirkan kesuksesan pada organisasi dan umat.

Dalam merencanakan dakwah, setiap organisasi perlu memiliki dua tujuan yaitu tujuan besar dan tujuan kecil. Tujuan besar adalah tujuan utama di akhir perjalanan dakwah, sedangkan tujuan kecil adalah tujuan yang terikat dengan waktu tertentu, tempat tertentu kepada individu tertentu. Setiap tujuan tersebut saling memberi pengaruh kepada yang lainnya. Kegagalan dalam menentukan tujuan dengan jelas, spesifik akan membawa kegagalan dalam amal dakwah. Jika sekiranya tujuan dakwah tidak tercapai dan hasil dakwah minimal, maka para du’at perlu mengevaluasi kembali apakah tujuan dia berdakwah dan kenapa aku berdakwah ?.

Mungkin da’i yang pertama menyatakan: “ aku berdakwah  untuk membersihkan jiwa manusia” sesuai dengan firman Allah di dalam surah As-Syam :
قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا - وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا
sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, -  dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya

Untuk mencapai tujuan tersebut, dikumpulkan orang – orang yang tertarik, kemudian dilaksanakan satu kegiatan yang mengandung arahan-arahan berbentuk amali, membentuk majelis dzikir dan melaksanakan zikir-zikir tertentu bagi mencapai tujuan tersebut.

Mungkin da’i yang kedua pula berkata : Tujuan dakwah saya ialah membantu fakir miskin dan berlaku ihsan terhadap mereka. Lalu dia pun mengajak orang-orang yang baik melakukan kebaikan (ihsan), memberikan sedekah dan mengeluarkan zakat atau mendirikan Yayasan – yayasan sebagai sebaik-baik cara untuk mencapai tujuan ini.

Mungkin da’i yang ketiga pula berkata : “Tujuan dakwah saya ialah menyelesaikan permasalahan ilmiah yang menjadi titik perselisihan dan mengumpulkan hadist-hadist yang shahih..”. Jadi untuk mencapai tujuan tersebut, dia mengadakan halaqah-halaqah ilmu, mendirikan sekolah-sekolah dan institusi khusus serta menerbitkan buku-buku.

Kemudian da’i yang keempat pula berkata : “Tujuan dakwah saya ialah memastikan umat Islam memiliki kesadaran politik yang tinggi, tahu perencanaan strategi musuh, bagaimana cara-cara mereka dan sebagainya..”. Atas dasar itu, da’i tadi berusaha mendirikan pusat-pusat kajian strategis dan kebijakan, meneliti apa yang disebut oleh musuh dan pandangan mereka terhadap Islam.

Melihat pada tujuan dakwah tadi, kita dapati para du’at tadi tidak meletakkan satu tujuan yang besar kepada pencapaian dakwah. Tujuan-tujuan tadi lebih fokus kepada tujuan kecil yang hal tersebut merupakan batu penghalang di dalam amal islami dan menjadi sebab utama permasalahan umat Islam.

Seharusnya dalam gerak kerja dakwah, para da’i berpegang kepada prinsip berikut :
1. Tujuan yang  besar di dahulukan dari tujuan yang kecil
2. Tujuan yang menyeluruh hendaklah diutamakan dari tujuan yang bersifat juz’ie / parsial.
3. Tujuan yang mencakup/meliputi semua lapisan masyarakat didahulukan dari tujuan yang hanya mencakup/meliputi individu atau kelompok tertentu.
4. Tujuan yang berkelanjutan didahulukan dari tujuan yang bersifat sementara dan terbatas.
5. Tujuan yang mudah dicapai didahulukan dari tujuan yang sulit dicapai.
6. Tujuan yang paling atas  didahulukan dari tujuan yang paling bawah.

Inilah yang diartikan bahwa tujuan dakwah yang besar (al-hadaf al-akbar) ialah merupakan tujuan yang menyeluruh, prioritas, mudah dicapai, berkelan-jutan dan meliputi semua lapisan masyarakat.

Tujuan paling besar

Tujuan dakwah yang paling besar dan agung ialah meraih keridhaan Allah dan melaksanakan ubudiyah lillahi wahdah (pengabdian diri kepada allah) secara total. Ini selaras dengan tujuan penciptaan manusia  di dalam firman allah : 
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah (mengabdikan diri) kepadaKu.  QS: Az-Zariyat : 56

Tujuan yang agung inilah yang mendorong para sahabat r.a, generasi terdahulu mengarungi gurun pasir , sahara, gua , gunung dan lembah demi membawa satu misi agung sebagaimana yang diungkapkan oleh Rub’i b. ‘Amir dihadapan pemimpin Parsi:
إِنَّ اللهَ اِبْتَعْثَنَا لِنُخْرِجَ مِنْ شَاءَ مَنْ عِبَادَةِ الْعِبَادِ إِلَى عِبَادَةِ اللهِ وَحْدَهُ، وَمِنْ ضَيْقِ الدُّنْيَا إِلَى سَعَتِهَا، وَمِنْ جُوْرِ الْأَدِيَانِ إِلَى عَدْلِ الْإِسْلَامِ
“Allah telah mengutus kami untuk mengeluarkan siapa saja yang Dia kehendaki dari penghambaan terhadap sesama hamba kepada penghambaan kepada Allah, dari kesempitan dunia kepada keluasannya, dari kezhaliman agama-agama kepada keadilan Al-Islam.

Berdasarkan kepada tujuan tadi, maka tujuan utama dan besar bagi individu muslim atau jamaah Islam atau negara Islam ialah mencapai Ubudiyah Lillah (ketundukan kepada Allah). Tujuan yang besar ini memastikan seluruh manusia, masyarakat, negara kembali menjadikan Allah sebagai yang berhak disembah, yang berhak ditaati, yang berhak diberikan kecintaan, yang berhak mengubah undang-undang, yang berhak mengurus dan mengelola (mentadbir) alam ini.

Faktor  Wasilah ( Metode) dan Waktu

Untuk mencapai tujuan yang besar ini, ia memerlukan sebuah wasilah. Wasilah itu ada yang bersifat secara langsung atau tidak secara langsung. Ibadah yang berkualitas hanya dapat dicapai dengan adanya seorang hamba yang kuat dari segi akal, ruh dan jasad, maka agar dapat dicapai perkara tersebut kita harus menjaga kesehatan, khusyuk dalam beribadah, memiliki pengetahuan dan sebagainya. Semua ini adalah wasilah untuk mencapai tujuan ibadah tersebut.

Dalam kerangka mencapai tujuan dakwah ia memerlukan adanya wasilah dan uslub yang sesuai dan efektif. Menggunakan wasilah (sarana/alat) dan uslub (cara) terbaik adalah faktor kesuksesan dakwah. Antara uslub dalam berdakwah seperti uslub lembut-keras, uslub targhib dan tarhib (dorongan-ancaman), uslub  banyak - sedikit, uslub  sir-jahr (rahasia- terbuka), uslub fardi – jama’i (individu – jamaah), uslub tarikhi- wasfi (sejarah – gambaran sifat), uslub merangsang pikiran – rangsang emosi, uslub memberi ancaman  – memberi harapan, uslub mengambil – memberi.

Cara membuat perencanaan untuk mencapai tujuan adalah tujuan tersebut harus lengkap dan terperinci. Setiap da’i perlu mempunyai tujuan dan informasi berkaitan realitas atau suasana lingkungan dakwahnya, ada informasi berkaitan politik, ekonomi, sosial, aliran pemikiran, faham dan tahu titik kekuatan dan kelemahan juga tahu halangan-halangan dan faktor pendorong keberhasilan dakwahnya. Ini akan memudahkannya membuat plan/rencana dakwah dan mencapai objektif dakwah. Inilah yang disebut sebagai dakwah ‘ala basiroh [ qul hazihi sabili, ad’uu ‘ala basirotin …]
قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ
“ Katakanlah : inilah jalan ( agama ) ku, aku dan orang – orang yang mengikutiku mengajak ( kamu ) kepada Allah dengan hujjah yang nyata. “ ( Yusuf 108 )

Salah satu faktor lain untuk mensukseskan perencana-an dakwah ialah faktor waktu. Setiap perencanaan perlu melihat pada kesanggupan merealisasikannya berdasarkan timeline (garis waktu). Untuk mencapai tujuan tersebut, perencanaan harus ada perencanaan bersifat mingguan, bulanan, tahunan, up to date sehingga dapat mencapai tujuan yang besar.

Setiap perencanaan perlu evaluasi, dipantau, ditingkatkan agar misi - misi dan tujuan dakwah tercapai. Melalui proses penilaian dan bimbingan, membantu da'i untuk mengetahui apa yang telah dicapai atau belum tercapai, apa yang mudah dan sulit, yang tujuannya perlu menjadi yang pertama dan kemudian dan untuk mengungkapkan kualitas atau kualitas uslub yang digunakan.
 
Cara terbaik untuk mencapainya adalah dengan Mutaba'ah (tindak lanjut). Perencanaan besar akan gagal jika tidak ada mutaba'ah (monitoring) sementara perencanaan yang lemah bisa berhasil jika ada mutaba'ah yang terus menerus.

Untuk mensukseskan perencanaan dakwah ini, setiap du’at perlu mengambil manfaat dari ilmu-ilmu terkini dan kontemporer. Para du’at hari ini perlu memiliki hardskill dan softskill untuk menguasai gelanggang dan arena dakwah di samping menyerahkan segala urusan kepada Allah setelah melaksanakan semua aspek-aspek tadi dari segi perencanaan, strategi, mengambil wasilah yang terbaik dan sesuai, penilaian dan pemantauan.

Para du’at hari ini perlu melengkapi diri mereka dengan pelbagai ilmu dan kemahiran seperti ilmu pengurusan, ilmu komunikasi, ketrampilan berbahasa, ketrampilan beretorika, keterampilan berbicara di depan umum, ketrampilan perundingan, ketrampilan personal dan intrapersonal dan apa saja yang diperlukan oleh seorang da’i untuk memenuhi khittah dakwahnya.

Da’i yang hebat adalah da’i yang proaktif, berprinsip dan mampu bertindak dalam segala keadaan terutama waktu - waktu sulit

Dia mampu menempuh perjalanan dakwah saat menghadapi sebuah sikap yang sangat sulit, tapi dia bisa mengatasinya karena dia sudah punya bekal, ada tasawwur yang jelas dan tahu solusinya 

Uslub         : Cara / Seni(fann) / Jalan / mazhab / style
Thoriqoh   : metode / manhaj
Wasilah      : alat / sarana


15 Kaidah Dakwah kepada Allah merupakan beberapa kaidah yang sangat penting dalam meluruskan pemahaman umat Islam yang jauh dari Al-Quran dan Sunnah. Tanpa Dakwah, Manusia akan kehilangan arah dan tujuan hidup yang sebenarnya, yaitu beribadah hanya kepada Alloh dengan berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Rosul-Nya. Dakwah Ilalloh mempunyai kaidah-kaidah dalam mencapai tujuannya.
Temukan jawabannya dalam CD Mp3 ini. Semua hal yang berkaitan dengan dakwah dikaji & dibahas oleh Ustadz Dr. Muhammad Sarbini, M.H.I. berdasarkan dalil dari Al-Quran, Sunnah, dan Ijma para Sahabat.

Kaidah 01 : Sebagai jalan keselamatan di dunia dan akhirat
Kaidah 02 : Sebagai perantara hidayah
Kaidah 03 : Meraih Pahala dengan Dakwah
Kaidah 04 : Menggapai derajat Mubaligh
Kaidah 05 : Mengerahkan seluruh kemampuan
Kaidah 06 : Dai merupakan cerminan dari dakwah
Kaidah 07 : Menempatkan sesuatu pada tempatnya
Kaidah 08 : Bidah itiqodi lebih dahulu muncul dari bidah amali
Kaidah 09 : Ruang lingkup dakwah yang sangat luas
Kaidah 10 : Waktu merupakan unsure dakwah yang sangat penting
Kaidah 11 : Dakwah merupakan seni kepemim-pinan dan pengawasan
Kaidah 12 : Dakwah merupakan bagian terbesar dari jihad
Kaidah 13 : Dakwah merupakan dagangan yang mulia
Kaidah 14 : Mengenal objek dakwah
Kaidah 15 : Mengenal medan dakwahnya
https://maalimfitariq.wordpress.com

Tidak ada komentar: