Kaidah Berdakwah 11 :
Dakwah
adalah satu seni dan kepemimpinan.
Ia
tegak atas perencanaan dan mutaba’ah
Sebagian
besar para du’at mengira bahwa dakwah hanyalah usaha menyeru manusia kepada
kebaikan dengan menggunakan kalimat-kalimat yang baik pada segala situasi atau
kondisi. Kemungkinan juga dakwah itu berjalan secara tidak direncanakan berdasarkan
perbedaan kemampuan para da’i .
Ada
sebagian para da’i diberikan Allah kemampuan yang luar biasa dan hebat dalam menyampaikan
dakwah. Manusia mudah tertarik dengan seruan dakwahnya dan sang da’i tadi mampu
menjinakkan hati-hati para mad’unya. Tapi sebagian yang lain pula dikalangan
para da’i tidak memiliki kemahiran (skill) dan seni untuk berdakwah yang dapat menarik
pandangan para pendengar seperti itu.
Namun,
kedua bagian duat ini sangat memerlukan untuk memahami prinsip-prinsip
berdakwah, tahu uslub dan teknik berdakwah serta latihan-latihan kemahiran
untuk berdakwah. Justru itu dakwah adalah satu seni yang perlu dipelajari,
kaedah dan uslub yang dikembangkan dan metode yang baik dengan cara yang
modern dan kontemporer. Hal ini memerlukan sebuah perencanaan (plan). Dakwah
yang tidak terencana akan mudah dikalahkan dengan jahiliyah yang terencana.
الحق بلا نظام يغلبه الباطل بنظام
Kebenaran yang tidak terorganisir akan mudah dikalahkan oleh
kebatilan yang terorganisir. (Ali bin Abi Thalib)
Jika
para da’i gagal merencanakan cara berdakwah berarti para da’i tadi merencanakan
untuk menggagalkan dakwah.
Perencanaan
atau takhtit adalah elemen penting bagi kemenangan dakwah. Apa lagi dakwah
perlu melalui fase-fasenya yang menuntut strategi dan perencanaan. Sirah Rasulullah SAW sendiri menunjukkan bahwa
baginda selalu melakukan perencanaan pada setiap kemenangan misi dakwahnya.
Peristiwa Hijrah cukup membuktikan bahwa betapa pentingnya sebuah rencana di
dalam melaksanakan amal dakwah agar amal dakwah itu menjadi Amal Qawiy (amal
unggulan).
Perencanaan
yang baik akan menghasilkan seni dakwah yang produktif. Ini karena perencanaan
merupakan tasawwur (gambaran) teorikal terhadap perjalanan dakwah. Sejauh mana
perencanaan itu disusun dan menguasai setiap dimensinya akan membawa kepada hasil
sebuah tujuan (natijah) dengan bantuan dari Allah dan ikhlas bertawakal kepadaNya.
Dunia
modern hari ini adalah dunia yang berasaskan kepada strategi dan perencanaan
dalam aspek ekonomi, politik dan pendidikan. Tanpa perencanaan tidak akan mendapat
hasil dan kesuksesan pada organisasi maupun masyarakat sekitarnya.
Dalam
konteks ini, kerja dakwah sangat memerlukan perencanaan. Perencanaan itu harus mengandung
4 hal yaitu :
1. Ada tujuan yang jelas, spesifik
dan mudah dicapai (terukur).
2. Ada wasilah /sarana (metode/manhaj)
untuk mencapai tujuan tersebut.
3. Ada bahan yaitu sumber manusia
yang bersifat material atau maknawi untuk melaksanakan tugas dan peranan
tersebut.
4. Ada mutaba’ah dan penilaian yang
berkelanjutan (istimror).
Jika
ini dilaksanakan, dakwah akan melahirkan kesuksesan pada organisasi dan umat.
Dalam
merencanakan dakwah, setiap organisasi perlu memiliki dua tujuan yaitu tujuan
besar dan tujuan kecil. Tujuan besar adalah tujuan utama di akhir perjalanan dakwah,
sedangkan tujuan kecil adalah tujuan yang terikat dengan waktu tertentu, tempat
tertentu kepada individu tertentu. Setiap tujuan tersebut saling memberi pengaruh
kepada yang lainnya. Kegagalan dalam menentukan tujuan dengan jelas, spesifik
akan membawa kegagalan dalam amal dakwah. Jika sekiranya tujuan dakwah tidak
tercapai dan hasil dakwah minimal, maka para du’at perlu mengevaluasi kembali apakah
tujuan dia berdakwah dan kenapa aku berdakwah ?.
Mungkin
da’i yang pertama menyatakan: “ aku
berdakwah untuk membersihkan jiwa manusia” sesuai dengan firman Allah
di dalam surah As-Syam :
قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا - وَقَدْ
خَابَ مَن دَسَّاهَا
sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa
itu, - dan sesungguhnya merugilah orang
yang mengotorinya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, dikumpulkan orang – orang yang tertarik, kemudian dilaksanakan satu kegiatan yang mengandung arahan-arahan berbentuk amali, membentuk majelis dzikir dan melaksanakan zikir-zikir tertentu bagi mencapai tujuan tersebut.
Mungkin
da’i yang kedua pula berkata : Tujuan
dakwah saya ialah membantu fakir miskin dan berlaku ihsan terhadap mereka.
Lalu dia pun mengajak orang-orang yang baik melakukan kebaikan (ihsan),
memberikan sedekah dan mengeluarkan zakat atau mendirikan Yayasan – yayasan sebagai
sebaik-baik cara untuk mencapai tujuan ini.
Mungkin
da’i yang ketiga pula berkata : “Tujuan
dakwah saya ialah menyelesaikan permasalahan ilmiah yang menjadi titik
perselisihan dan mengumpulkan hadist-hadist yang shahih..”. Jadi untuk
mencapai tujuan tersebut, dia mengadakan halaqah-halaqah ilmu, mendirikan
sekolah-sekolah dan institusi khusus serta menerbitkan buku-buku.
Kemudian
da’i yang keempat pula berkata : “Tujuan
dakwah saya ialah memastikan umat Islam memiliki kesadaran politik yang tinggi,
tahu perencanaan strategi musuh, bagaimana cara-cara mereka dan sebagainya..”.
Atas dasar itu, da’i tadi berusaha mendirikan pusat-pusat kajian strategis dan kebijakan,
meneliti apa yang disebut oleh musuh dan pandangan mereka terhadap Islam.
Melihat
pada tujuan dakwah tadi, kita dapati para du’at tadi tidak meletakkan satu tujuan
yang besar kepada pencapaian dakwah. Tujuan-tujuan tadi lebih fokus kepada tujuan
kecil yang hal tersebut merupakan batu penghalang di dalam amal islami dan menjadi
sebab utama permasalahan umat Islam.
Seharusnya
dalam gerak kerja dakwah, para da’i berpegang kepada prinsip berikut :
1.
Tujuan
yang besar di dahulukan dari tujuan yang kecil
2.
Tujuan yang
menyeluruh hendaklah diutamakan dari tujuan yang bersifat juz’ie / parsial.
3.
Tujuan yang
mencakup/meliputi semua lapisan masyarakat didahulukan dari tujuan yang hanya mencakup/meliputi
individu atau kelompok tertentu.
4.
Tujuan
yang berkelanjutan didahulukan dari tujuan yang bersifat sementara dan terbatas.
5.
Tujuan
yang mudah dicapai didahulukan dari tujuan yang sulit dicapai.
6.
Tujuan
yang paling atas didahulukan dari tujuan yang paling bawah.
Inilah
yang diartikan bahwa tujuan dakwah yang besar (al-hadaf al-akbar) ialah merupakan
tujuan yang menyeluruh, prioritas, mudah dicapai, berkelan-jutan dan meliputi
semua lapisan masyarakat.
Tujuan
paling besar
Tujuan
dakwah yang paling besar dan agung ialah meraih keridhaan Allah dan
melaksanakan ubudiyah lillahi wahdah (pengabdian diri kepada allah) secara
total. Ini selaras dengan tujuan penciptaan manusia di dalam firman allah
:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ
إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Tidaklah
aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah (mengabdikan diri)
kepadaKu. QS: Az-Zariyat : 56
Tujuan
yang agung inilah yang mendorong para sahabat r.a, generasi terdahulu mengarungi
gurun pasir , sahara, gua , gunung dan lembah demi membawa satu misi agung
sebagaimana yang diungkapkan oleh Rub’i b. ‘Amir dihadapan pemimpin Parsi:
إِنَّ اللهَ
اِبْتَعْثَنَا لِنُخْرِجَ مِنْ شَاءَ مَنْ عِبَادَةِ الْعِبَادِ إِلَى عِبَادَةِ
اللهِ وَحْدَهُ، وَمِنْ ضَيْقِ الدُّنْيَا إِلَى سَعَتِهَا، وَمِنْ جُوْرِ
الْأَدِيَانِ إِلَى عَدْلِ الْإِسْلَامِ
“Allah telah mengutus kami untuk mengeluarkan
siapa saja yang Dia kehendaki dari penghambaan terhadap sesama hamba kepada
penghambaan kepada Allah, dari kesempitan dunia kepada keluasannya, dari
kezhaliman agama-agama kepada keadilan Al-Islam.
Berdasarkan
kepada tujuan tadi, maka tujuan utama dan besar bagi individu muslim atau
jamaah Islam atau negara Islam ialah mencapai Ubudiyah Lillah (ketundukan
kepada Allah). Tujuan yang besar ini memastikan seluruh manusia, masyarakat,
negara kembali menjadikan Allah sebagai yang berhak disembah, yang berhak
ditaati, yang berhak diberikan kecintaan, yang berhak mengubah undang-undang,
yang berhak mengurus dan mengelola (mentadbir)
alam ini.
Faktor
Wasilah ( Metode) dan Waktu
Untuk mencapai
tujuan yang besar ini, ia memerlukan sebuah wasilah. Wasilah itu ada yang
bersifat secara langsung atau tidak secara langsung. Ibadah yang berkualitas
hanya dapat dicapai dengan adanya seorang hamba yang kuat dari segi akal, ruh
dan jasad, maka agar dapat dicapai perkara tersebut kita harus menjaga kesehatan,
khusyuk dalam beribadah, memiliki pengetahuan dan sebagainya. Semua ini adalah
wasilah untuk mencapai tujuan ibadah tersebut.
Dalam
kerangka mencapai tujuan dakwah ia memerlukan adanya wasilah dan uslub yang
sesuai dan efektif. Menggunakan wasilah (sarana/alat) dan uslub
(cara) terbaik adalah faktor kesuksesan dakwah. Antara uslub dalam
berdakwah seperti uslub lembut-keras, uslub targhib dan tarhib
(dorongan-ancaman), uslub banyak - sedikit, uslub sir-jahr (rahasia-
terbuka), uslub fardi – jama’i (individu – jamaah), uslub tarikhi- wasfi
(sejarah – gambaran sifat), uslub merangsang pikiran – rangsang emosi, uslub
memberi ancaman – memberi harapan, uslub mengambil – memberi.
Cara membuat
perencanaan untuk mencapai tujuan adalah tujuan tersebut harus lengkap dan
terperinci. Setiap da’i perlu mempunyai tujuan dan informasi berkaitan realitas
atau suasana lingkungan dakwahnya, ada informasi berkaitan politik, ekonomi,
sosial, aliran pemikiran, faham dan tahu titik kekuatan dan kelemahan juga tahu
halangan-halangan dan faktor pendorong keberhasilan dakwahnya. Ini akan
memudahkannya membuat plan/rencana dakwah dan mencapai objektif dakwah. Inilah
yang disebut sebagai dakwah ‘ala basiroh [ qul hazihi sabili, ad’uu
‘ala basirotin …]
قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى
اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ
“ Katakanlah : inilah jalan ( agama ) ku, aku dan orang –
orang yang mengikutiku mengajak ( kamu ) kepada Allah dengan hujjah yang nyata. “ ( Yusuf 108 )
Salah
satu faktor lain untuk mensukseskan perencana-an dakwah ialah faktor waktu.
Setiap perencanaan perlu melihat pada kesanggupan merealisasikannya berdasarkan
timeline (garis waktu). Untuk mencapai tujuan tersebut, perencanaan harus ada
perencanaan bersifat mingguan, bulanan, tahunan, up to date sehingga dapat mencapai
tujuan yang besar.
Setiap perencanaan perlu evaluasi, dipantau, ditingkatkan agar misi - misi dan tujuan dakwah tercapai. Melalui proses penilaian dan bimbingan, membantu da'i untuk mengetahui apa yang telah dicapai atau belum tercapai, apa yang mudah dan sulit, yang tujuannya perlu menjadi yang pertama dan kemudian dan untuk mengungkapkan kualitas atau kualitas uslub yang digunakan.
Cara
terbaik untuk mencapainya adalah dengan Mutaba'ah (tindak lanjut). Perencanaan
besar akan gagal jika tidak ada mutaba'ah (monitoring) sementara perencanaan
yang lemah bisa berhasil jika ada mutaba'ah yang terus menerus.
Untuk
mensukseskan perencanaan dakwah ini, setiap du’at perlu mengambil manfaat dari
ilmu-ilmu terkini dan kontemporer. Para du’at hari ini perlu memiliki hardskill
dan softskill untuk menguasai gelanggang dan arena dakwah di samping
menyerahkan segala urusan kepada Allah setelah melaksanakan semua aspek-aspek
tadi dari segi perencanaan, strategi, mengambil wasilah yang terbaik dan
sesuai, penilaian dan pemantauan.
Para
du’at hari ini perlu melengkapi diri mereka dengan pelbagai ilmu dan kemahiran
seperti ilmu pengurusan, ilmu komunikasi, ketrampilan berbahasa, ketrampilan
beretorika, keterampilan berbicara di depan umum, ketrampilan perundingan, ketrampilan
personal dan intrapersonal dan apa saja yang diperlukan oleh seorang da’i untuk
memenuhi khittah dakwahnya.
Da’i
yang hebat adalah da’i yang proaktif, berprinsip dan mampu bertindak dalam segala
keadaan terutama waktu - waktu sulit .
Dia mampu menempuh perjalanan dakwah saat menghadapi sebuah sikap yang sangat sulit, tapi dia bisa mengatasinya karena dia sudah punya bekal, ada tasawwur yang jelas dan tahu solusinya
Uslub : Cara /
Seni(fann) / Jalan / mazhab / style
Thoriqoh : metode /
manhaj
Wasilah : alat /
sarana
15 Kaidah Dakwah kepada Allah
merupakan beberapa kaidah yang sangat penting dalam meluruskan pemahaman umat
Islam yang jauh dari Al-Quran dan Sunnah. Tanpa Dakwah, Manusia akan kehilangan
arah dan tujuan hidup yang sebenarnya, yaitu beribadah hanya kepada Alloh
dengan berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Rosul-Nya. Dakwah Ilalloh mempunyai
kaidah-kaidah dalam mencapai tujuannya.
Temukan jawabannya dalam CD Mp3 ini. Semua hal yang berkaitan
dengan dakwah dikaji & dibahas oleh Ustadz Dr. Muhammad Sarbini, M.H.I.
berdasarkan dalil dari Al-Quran, Sunnah, dan Ijma para Sahabat.
Kaidah 01 : Sebagai jalan keselamatan di dunia dan akhirat
Kaidah 02 : Sebagai perantara hidayah
Kaidah 03 : Meraih Pahala dengan Dakwah
Kaidah 04 : Menggapai derajat Mubaligh
Kaidah 05 : Mengerahkan seluruh kemampuan
Kaidah 06 : Dai merupakan cerminan dari dakwah
Kaidah 07 : Menempatkan sesuatu pada tempatnya
Kaidah 08 : Bidah itiqodi lebih dahulu muncul dari bidah amali
Kaidah 09 : Ruang lingkup dakwah yang sangat luas
Kaidah 10 : Waktu merupakan unsure dakwah yang sangat penting
Kaidah 11 : Dakwah merupakan seni kepemim-pinan dan pengawasan
Kaidah 12 : Dakwah merupakan bagian terbesar dari jihad
Kaidah 13 : Dakwah merupakan dagangan yang mulia
Kaidah 14 : Mengenal objek dakwah
Kaidah 15 : Mengenal medan dakwahnya
https://maalimfitariq.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar