Petunjuk –
Petunjuk dan Keagungan Akhlak Rasulullah
RASULULLAH BUKANLAH ORANG YANG BURUK PERKATAAN DAN
PERBUATANNYA
Gerak-gerik seseorang
mencerminkan ketajaman akal dan kejernihan hatinya. Kita bisa menilai keadaan
seseorang melalui tingkah laku dan perangainya.
Orang yang paling mengenal
akhlak Rasulullah adalah Aisyah, istri tercinta, putri sahabat terbaiknya, Abu
Bakar ash-Shiddiq. Aisyah sangat memahami tingkah laku Nabi serta segala hal
yang menyangkut kehidupan suaminya itu baik lahir maupun batin. Karena dialah
yang paling dekat dengan Nabi, baik di waktu tidur, bangun , sakit dan
sehatnya. Di waktu suka maupun dukanya.
Dengarkah komentar istri tercintanya ini,
لَمْ يَكُنْ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ فَا
حِشًا وَلَا مُتَفَحِّشًا، وَلَا صَخِّابًا فِى الْأَسْوَاقِ وَلَايَجْزِى
بِالسَّيِّـﯩـٔةِ : وَلَكِنْ يَعْفُوْ وَ يَصْفَحُ
Rasulullah
bukan orang yang suka berkata keji, buruk perangai dan bukan orang yang suka
berkeliaran dipasar, bukan pula orang yang membalas kejelekan dengan kejelekan,
akan tetapi orang yang suka memaafkan dan melupakan kesalahan (HR. Ahmad)
bin Ali, cucu Nabi, menceritakan
bagaimana keagungan kakeknya itu didalam sebuah riwayat, “ Aku bertanya kepada
ayah (Ali bin Abi Thalib) tentang bagaimana Rasulullah ditengah – tengah
sahabatnya.” Ayah berkata, “Rasulullah selalu menyenangkan, santai dan terbuka,
mudah berkomunikasi dengan siapapun , lemah-lembut dan sopan, tidak keras dan
tidak terlalu lunak, tidak pernah mencela, tidak pernah menuntut dan
menggerutu, tidak mengulur waktu dan tidak tergesa – gesa.
Beliau meninggalkan tiga hal :
1. Riya
Hadits yang bisa jadi
renungan kita,
إِنَّ
أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ ، قَالُوا وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ يَا
رَسُولَ اللهِ قَالَ : الرِّيَاءُ يَقُولُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُمْ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ إِذَا جُزِىَ النَّاسُ بِأَعْمَالِهِمْ اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ
كُنْتُمْ تُرَاءُونَ فِى الدُّنْيَا فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاء
“Sesungguhnya yang paling
kukhawatirkan akan menimpa kalian adalah syirik ashgor.” Para sahabat
bertanya, “Apa itu syirik ashgor, wahai Rasulullah?” Beliau
bersabda, “(Syirik ashgor adalah) riya’. Allah Ta’ala berkata pada
mereka yang berbuat riya’ pada hari kiamat ketika manusia mendapat balasan atas
amalan mereka: ‘Pergilah kalian pada orang yang kalian tujukan perbuatan riya’
di dunia. Lalu lihatlah apakah kalian mendapatkan balasan dari mereka?’ (HR. Ahmad 5: 429. Syaikh Syu’aib Al Arnauth
mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).
2. Boros
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تُبَذِّرْ
تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِيْنً
“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.”
(QS. Al Isro’ [17]: 26-27). Maksudnya adalah mereka menyerupai setan dalam hal ini.
3. Sesuatu yang tidak berguna
مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ
تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيْهِ
Tanda baiknya Islam
seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna (tidak penting)
Dan tidak pernah mencaci seseorang
dan menegur karena kesalahannya, tidak mencari kesalahan orang lain, tidak
berbicara kecuali yang bermanfaat dan berpahala. Kalau beliau berbicara, maka
yang lain diam menunduk seperti ada burung diatas kepalanya, tidak pernah
disela atau dipotong pembicaraannya, membiarkan orang menyelesaikan
pembicraannya, tertawa bersama mereka yang tertawa, heran bersama orang yang
heran, rajin dan sabar menghadapi orang asing yang tidak sopan, segera memberi
apa-apa yang diperlukan orang yang berkesusahan, tidak menerima pujian kecuali
dari yang pernah dipuji olehnya (HR. Tirmidzi)
Dari sekian keagungan yang
dimilik oleh Rasulullah, satu saja diikuti dan diteladani, niscaya akan menjadi
investasi kebaikan yang tak akan pernah mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan
pula. Pilihlah diantaranya, jika tidak mampu semuanya. Selain itu, diantara
sekian jalan yang pantas kita teladani adalah pengajaran yang diberikan Rasulullah tentang masalah - masalah agama
dalam berbagai perbincangan dengan para sahabatnya. Diantara pesan yang sering beliau lontarkan
adalah :
مَنْ مَاتَ لاَ يُشْرِكُ بِاللهِ
شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ
“Barangsiapa yang mati dalam
keadaan tidak berbuat syirik pada Allah dengan sesuatu apa pun, maka ia akan
masuk surga. Barangsiapa yang mati dalam keadaan berbuat syirik pada Allah,
maka ia akan masuk neraka” (HR. Muslim no. 93
Begitu juga sabda beliau,
اَلْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ
الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ ، وَالْمُهَاجِرُمَنْ هَجَرَ مَانَهَى
اللهُ عَنْهُ
Seorang muslim
adalah orang yang orang lain selamat dari pekataan dan tangannya, dan seorang
yang berhijrah adalah orang yang berhijrah dari apa yang dilarang Allah” (Muttafaq ‘alaih)
Tidak kalah pentingnya perkataan beliau,
بَشِّرُوا الْمَشَّاﯨـِٔيْنَ فِى
الظُّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Berilah kabar
gembira pada orang yang berjalan di kegelapan menuju masjid bahwa kelak akan
diberi cahaya yang sempurna di hari kiamat (HR
Tirmidzi dan Abu Dawud)
Juga diantara pesan beliau,
جَاهِدُوْا الْمُشْرِكِيْنَ
بِأَمْوَالِكُمْ وَ أَنْفُسِكُمْ وَ أَلسِنَتِكُمْ
Lawanlah
orang-orang musyrik itu dengan hartamu, jiwamu dan perkataanmu
اِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ
بِالْكَلِمَةِ مَايَتَبَيَّنَ فِيْهَا يَزِلُّ بِهَا إِلَى النَّارِأَبْعَدُ
مِمَّا بَيْنَ المَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
Hendaklah
seseorang itu menjaga perkataannya supaya tidak salah dan terjerumus kedalam
neraka, walaupun dia harus berpisah menjauh dari timur dan barat (Muttafaq ‘alaih)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar