Ahdafut Tarbiyah
[Tujuan Tarbiyah]
Bila kita menengok
sirah nabawiyah kita akan men-dapati sebuah episode bah-wa Rasulullah SAW mela-kukan
tarbiyah (Pembina-an) kepada para pengikut-nya [para sahabat assabi-qunal
awwalun] di rumah Arqam bin Abi Arqam. Ibnu Abdil Bar berkata: Di rumah
Arqam bin Abi Arqam inilah Rasulullah berdakwah secara sembunyi-sembunyi
menghindari gang-guan orang-orang Quraisy, sampai Allah Ta’ala mem-berikan
kekuatan kepada mereka untuk berdakwah secara terang-terangan, dan ini terjadi
pada awal penyebaran Islam, sehingga banyak dari manusia yang beriman dengan
dakwah yang beliau lakukan di rumah tersebut. Rumah Arqam bin Arqam berada di
Makkah yang tepatnya di atas bukit Shafa.”[1]
Bahkan tarbiyah
qur’ani-yah tersebut dilakukan oleh Rasulullah SAW secara berkelanjutan. Hal
ini tergambar dari atsar berikut ini.
عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ السُّلَمِيِّ عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ
قَالَ : كُنَّا نَتَعَلَّمُ مِنْ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم عَشْرَ آيَاتٍ
فَمَا نَعْلَمُ الْعَشْرَ الَّتِي بَعْدَهُنَّ حَتَّى نَتَعَلَّمَ مَا أُنْزِلَ
فِي هَذِهِ الْعَشْرِ مِنْ الْعَمَلِ
Riwayat dari Abdul
Rahman As-Sulamiy dari Ibnu Mas’ud, ia berkata: “Kami dulu belajar dari
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam 10 ayat, kami tidak mengetahui 10 ayat
yang sesudahnya sehingga kami mempelajari pengamalan apa yang diturunkan dalam
10 ayat ini.” (Ath-Thohawi w. 321H/ 933M, Musykilul
Atsar, juz 3 halaman 478).
Gerakan dakwah
kontem-porer hendaknya meng-ambil faidah dari apa yang pernah dilakukan oleh
Rasulullah dan para saha-bat tersebut: tarbiyah berkelanjutan!
Tarbiyah dalam dakwah memiliki tujuan sebagai berikut:
Pertama, menanamkan gambaran
Islam secara jelas (at-tashowwurul
islami al-wadhih).
Yakni gambaran
Islam yang menyeluruh (asy-syamil) dan benar (as-shahih).
Terlebih lagi di saat buhul - buhul Islam mulai terlepas seperti kondisi saat
ini. Rasulullah SAW telah mengingatkan kon-disi memprihatinkan ini dengan
sabdanya,
لَتُنْقَضَنَّ عُرَى الْإِسْلاَمِ عُرْوَةً عُرْوَةً، فَكُلَّمَا
انْتَقَضَتْ عُرْوَةٌ، تَشَبَّثَ النَّاسُ بِالَّتِي تَلِيهَا، فَأَوَّلُهُنَّ
نَقْضًا: الحُكْمُ، وَآخِرُهُنَّ: الصَّلاَةُ
“Benar -benar buhul - buhul Islam akan terlepas satu
demi satu. Setiap kali terlepas satu buhul, manusia berpegang kepada buhul
lainnya yang masih tersisa. Buhul yang pertama kali terlepas adalah hukum, dan
yang terakhir lepas adalah sholat.” (H.R. Ahmad)
Melalui tarbiyah,
gerakan dakwah harus menjelaskan kepada para kadernya secara khusus dan kepada
seluruh umat secara umum, bahwa tidak ada pemisahan antara mene-gakkan hukum
syariat (politik) dengan menegak-kan shalat (ibadah ritual).
Melalui tarbiyah,
gerakan dakwah harus menjelaskan bahwa Islam itu men-cakup seluruh aspek kehi-dupan.
As-Syahid Hasan
Al-Banna menjelaskan hal ini dengan kalimat ringkas: “Islam adalah sistem yang
syamil (menyeluruh) mencakup seluruh aspek kehidupan. Ia adalah negara dan
tanah air, pemerintahan dan umat, moral dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan,
peradaban dan undang - undang, ilmu pengetahuan dan hukum, material dan
kekayaan alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, serta pasukan dan
pemikiran. Sebagaimana ia juga aqidah yang murni dan ibadah yang benar, tidak
kurang tidak lebih”
Jadi, melalui
tarbiyah gerakan dakwah bertujuan menanamkan pemahaman bahwa Islam adalah way
of life, pedoman hidup, atau minhajul hayah.
Kedua, membangun inte-raksi
(at-tafa’ul).
Yakni interaksi
internal (ad-dakhiliy) dan interaksi eksternal (al-kharijiy). Tar-biyah
diharapkan dapat membuahkan interaksi (pengaruh) internal.
Dengan tarbiyah
akan tertanam keyakinan (al-i’tiqad) yang menjadi dasar (al-asas)
tindakan; dengan tarbiyah pemikiran (al-fikr) akan terwarnai dengan
persepsi/gagasan (fikrah) yang lurus; dengan tarbiyah perasaan (asy-syu’ur)
akan terarahkan selera (ad-dzauq) nya kepada selera Islam. Jadi, melalui
interaksi tarbiyah akan terbentuklah kader-kader dakwah yang me-miliki tekad
yang kuat (al-azmu).
فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلا
تَسْتَعْجِلْ لَهُمْ
“Maka bersabarlah
kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah
bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka.” (Q.S.
Al-Ahqaf: 35)
Melalui tarbiyah
diharap-kan akan muncul rijal yang tabah dan sabar; tsabat (kokoh) dan hazm
(teguh). [2]
Tarbiyah diharapkan
pula membuahkan interaksi (pengaruh) eksternal.
Dengan tarbiyah,
karakter (simat) yang ada pada diri akan terbentuk menjadi sikap (al-mauqif)
yang terpuji; perilaku (as-suluk) nya akan terarah menjadi perbuatan (al-amal)
yang mulia. Jadi, melalui interaksi tarbiyah akan terbentuklah kader-kader
dakwah yang berkepri-badian Islam (as-syakh-shiyah al-islamiyah).
صِبْغَةَ اللهِ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللهِ صِبْغَةً وَنَحْنُ لَهُ
عَابِدُونَ
“Shibghah Allah,
dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? Dan hanya
kepada-Nya-lah Kami menyembah.” (Q.S. Al-Baqarah: 138)
Dengan interaksi
tarbiyah, seorang kader dakwah akan tercelup dirinya dengan celupan ajaran
Islam.
Ketiga, menggulirkan
pergerakan (al-harakah).
Melalui sarana
tarbiyah, gerakan dakwah dapat melakukan upaya pening-katan (at-tarqiyah)
pengua-saan teoritis (an-nadzariyah) dan pengendalian mental (al-ma’nawiyah)
sehingga mampu meningkatkan kapasitas diri (raf’ul mustawa). Melalui
sarana tarbiyah, gerakan dakwah akan mampu melakukan mobilitas (at-tausi’ah)
dakwah. Melalui kader-kader yang tertarbiyah itulah gerakan dakwah akan mampu
melakukan manuver (al-munawaroh), pengkaderan (bina-ur rijal),
dan penataan struktur (at-tandzimiyah).
Jadi, melalui
sarana tarbiyah, gerakan dakwah akan leluasa melakukan pengendalian dakwah (saitharatud
dakwah).
Dengan tarbiyah,
pergera-kan dakwah akan berjalan lebih produktif (muntijah).
Apa jadinya jika
gerakan dakwah tidak memiliki kader yang terbina atau tidak memiliki generasi
penerus perjuangan?
Ketahuilah, gerakan
dak-wah sangat berhajat terhadap eksisnya SDM yang berkualitas. Suatu hari Umar
bin Khattab berkata kepada orang ramai yang ada di sekitarnya, “Ungkapkan
angan - angan kalian!” Seba-gian dari mereka menya-hut, “Aku berharap
kalau saja rumah ini penuh dengan emas, niscaya aku akan menginfakkannya di
jalan Allah.” Umar kemudian mengulangi perkataannya, “Ungkapkan
angan - angan kalian!” Seseorang berkata, “Aku berangan - angan
seandainya rumah ini dipenuhi dengan permata, intan dan mutiara, maka aku akan
menginfakkannya di jalan Allah dan aku akan berse-dekah dengan harta itu.” Setelah
itu, Umar berkata lagi, “Ungkapkan angan - angan kalian!” Mereka
menjawab, “Kami tidak tahu apa lagi yang dapat kami ungkapkan, wahai Amirul
Mukminin.” Umar berkata, “Aku berangan-angan rumah ini dipenuhi dengan
orang seperti Abu Ubaidah bin Jarrah, Mu’adz bin Jabal, Salim hamba Abu
Hudzaifah, dan Hudzaifah bin Yaman.”[3]
Keempat, membekali
pengalaman (at-tajri-bah).
Dengan tarbiyah
para kader dakwah diarahkan untuk melakukan berbagai pelaksanaan amal (at-tathbiqiyah).
Dengan begitu mereka akan merasakan secara langsung berbagai macam problematika
pelaksanaan amal (al-qadhaya at-tathbiqiyah). Berbagai macam praktek di
lapangan tersebut kemu-dian akan akan melahirkan kekuatan pengalaman (quwwatul
khibrah).
Gerakan dakwah
tidak akan memiliki keteram-pilan dan kemampuan melakukan penguasaan
masyarakat, jika kader-kadernya tidak diterjunkan ke tengah - tengah
masyarakat; gerakan dak-wah tidak akan memiliki keterampilan dan kemam-puan
pengelolaan proyek-proyek amal—pendidikan, sosial, politik, ekonomi, dll—jika
kader-kadernya tidak diterjunkan dalam proyek-proyek amal ter-sebut.
Kelima, menumbuhkan tanggung jawab (al-mas- ’uliyah).
Dengan tarbiyah
yang berkelanjutan, seseorang akan menyadari tuntutan syar’i (as-syar’iyyah)
berda-sarkan pemahamannya terhadap hukum - hukum Islam (fiqhul ahkam),
bahwa ia harus berkontri-busi terhadap perjuangan dak-wah. Ia pun menya-dari
bahwa hal itu harus dipertanggung jawabkan di hadapan Allah Ta’ala.
Tarbiyah juga akan
mena-namkan kesadaran tang-gung jawab struktural (at-tandzimiyah)
berdasarkan pemahaman dakwah (fiqhud da’wah) yang dimi-likinya, bahwa ia
harus bekerja bersama organisasi dakwah (al-jama’ah) dalam setiap
tuntutan tahapan dakwah (fi ihtiyajatil marhalah).
Keenam, mengembang-kan kemampuan (al-kafa-’ah).
Dengan tarbiyah,
kemam-puan SDM dalam struktur dakwah (fit tandzim) akan tumbuh
berkembang. Baik berupa al-kafa’ah ad-da’wah (kemampuan berdakwah),
al-kafa’ah al-ilmiyah (ke-mampuan ilmiyah), atau al-kafa’ah
al-faniyyah (kemampuan keterampilan / skill).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar