PUASA UMAT
SEBELUM ISLAM
1.
Puasa
Nabi Daud
Di masa lalu, ibadah puasa
telah Allah syariatkan kepada Nabi Daud alaihissalam dan
umatnya. Mereka diwajibkan melaksanakan ibadah puasa untuk seumur hidup, dengan
setiap dua hari sekali berselang-seling. Sedang kita hanya diwajibkan puasa
satu bulan saja dalam setahun, yaitu bulan Ramadhan.
Puasa Daud ini disyariatkan
lewat beberapa hadits Rasulullah SAW, diantaranya :
أَحَبُّ الصَّلاَةِ إِلَى
اللَّهِ صَلاَةُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلامُ وَأَحَبُّ الصِّيَامِ إِلَى اللَّهِ
صِيَامُ دَاوُدَ : وَكَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْل وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ
سُدُسَهُ وَيَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا
Dari Abdullah bin Amru radhiyallahuanhu
berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Shalat (sunnah) yang paling dicintai
oleh Allah adalah shalat (seperti) Nabi Daud as. Dan puasa (sunnah) yang paling
dicintai Allah adalah puasa (seperti) Nabi Daud alaihissalam. Beliau tidur
separuh malam, lalu shalat 1/3-nya dan tidur 1/6-nya lagi. Beliau puasa sehari
dan berbuka sehari. (HR. Bukhari)
Selain itu juga ada hadits
lainnya yang menegaskan pensyariatan puasa Daud :
صُمْ يَوْمًا وَأَفْطِرْ
يَوْمًا فَذَلِكَ صِيَامُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلامُ وَهُوَ أَفْضَل الصِّيَامِ
فَقُلْتُ : إِنِّي أُطِيقُ أَفْضَل مِنْ ذَلِكَ . فَقَال النَّبِيُّ rلاَ أَفْضَل مِنْ ذَلِكَ
Dari Ibnu Umar
radhiyallahuanhu berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Puasalah sehari
dan berbukalah sehari. Itu adalah puasanya nabi Daud as dan itu adalah puasa
yang paling utama. Aku menjawab, "Aku mampu lebih dari itu". Nabi SAW
bersabda, "Tidak ada lagi yang lebih utama dari itu". (HR
Bukhari)
Bagi kita umat Nabi Muhammad
SAW, puasa seperti Nabi Daud ini tidak diwajibkan. Beliau SAW hanya menjadikan
puasa ini sebagai puasa sunnah.
2.
Puasa
Maryam
Puasa juga Allah SWT
syariatkan kepada Maryam, wanita suci yang mengandung bayi Nabi Isa ‘alaihissalam.
Hal itu bisa kita baca di dalam Al-Quran Al-Kariem, bahkan ada surat khusus
yang diberi nama surat Maryam.
Namun bentuk atau tata cara
puasa yang dilakukan Maryam bukan sekedar tidak makan atau tidak minum, lebih
dari itu, syariatnya menyebutkan untuk tidak boleh berbicara kepada manusia.
فَكُلِي وَاشْرَبِي
وَقَرِّي عَيْنًا فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ أَحَدًا فَقُولِي إِنِّي
نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنسِيًّا
Maka makan, minum dan
bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah,
"Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah,
maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini."(QS.
Maryam: 26)
Dan karena sedang berpuasa
yang tidak membolehkan makan, minum dan berbicara itulah maka ketika ditanya
tentang siapa ayah dari putera yang ada di gendongannya, Maryam saat itu tidak
menjawab dengan perkataan. Maryam hanya menunjuk kepada Nabi Isa’, anaknya itu,
lalu Nabi Isa yang masih bayi itu pun menjawab semua pertanyaan kaumnya.
يَا أُخْتَ هَارُونَ مَا
كَانَ أَبُوكِ امْرَأَ سَوْءٍ وَمَا كَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّا فَأَشَارَتْ
إِلَيْهِ قَالُوا كَيْفَ نُكَلِّمُ مَن كَانَ فِي الْمَهْدِ صَبِيًّا قَالَ إِنِّي
عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا
Hai saudara perempuan Harun,
ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah
seorang pezina", maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata:
"Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam
ayunan?" Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia
memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. (QS.
Maryam : 28-30)
3.
Katholik
Agama Kristen katholik
merupakan sekte dan pecahan dari agama nasrani yang mengalami banyak distorsi
dalam ritual ibadah. Berpuasa diwajibkan bagi penganutnya pada hari tertentu,
tetapi bentuknya macam-macam. Salah satunya berpuasa tidak memakan daging dalam
sehari. Ada juga yang berpuasa tidak makan apa-apa kecuali minum air.
Lucunya, ketentuan puasa
ditetapkan bukan lagi oleh Allah atau Nabi Isa, tetapi ditetapkan oleh pemuka
agama. Pada tahun 1966, Paus Paul VI menukar peraturan ketat berpuasa dalam
agama Katolik Kristian. Dia menentukan aturan puasa bergantung kepada situasi
ekonomi setempat, dan semua penganut Katholik berpuasa secara sukarela.
Di Amerika Serikat, hanya
terdapat dua hari yang wajib berpuasa, yaitu Rabu Ash dan Good Friday. Dan hari
Jumat Lent adalah hari menahan diri dari memakan daging. Penganut Roman
Katholik juga diwajibkan mematuhi Puasa Eukaris yang bermakna tidak mengambil
apa-apa melainkan minum air atau obat selama sejam sebelum Eukaris (Holy
Communion).
Amalan pada masa dulu adalah
berpuasa dari tengah malam sehingga pada hari upacara tersebut tetapi karena
upacara pada waktu tengah hari menjadi kebiasaan, berpuasa untuk ini diubah
kepada berpuasa selama tiga jam. Peraturan terkini menetapkan bahwa berpuasa
hanya selama sejam, walaupun begitu beberapa penganut Katolik masih mematuhi
peraturan lama.
4.
Yahudi
Puasa untuk umat Yahudi
bermakna menahankan diri keseluruhannya dari makanan dan minuman, termasuk dari
meminum air. Menggosok gigi diharamkan pada puasa hari besar Yom Kippur dan Tisha
B'Av, tetapi dibenarkan pada puasa hari kecil.
Dalam teknis puasa mereka juga
disebutkan bahwa memakan obat pada umumnya tidak dibenarkan, kecuali bila ada
rekomendasi dari dokter. Umat Yahudi yang mengamalkan ritual ini, berpuasa
sampai enam hari dalam satu tahun.
Perbedaan
Lalu apa beda puasa kita sebagai
muslim dengan puasa yang dilakukan agama lain? Tentu saja sangat berbeda. Tata
cara puasa yang kita lakukan mempunyai rujukan baik waktu, teknis, aturan dan
segala detailnya, yaitu apa yang ditetapkan oleh Rasulullah SAW.
Kita sebagai muslim meski
berpuasa seperti agama lain, tetapi bentuk puasa kita sangat spesifik, unik dan
khusus. Tidak bisa disejajarkan begitu saja dengan jenis puasa agama lain.
1. Lebih Ringan
Perbedaan yang paling terasa
antara puasa yang disyariatkan kepada umat Nabi Muhammad SAW dengan puasa-puasa
yang disyariatkan kepada umat terdahulu adalah dari segi keringanannya.
Di dalam rangkaian ayat
tentang kewajiban puasa di bulan Ramadhan, Allah SWT telah menegaskan bahwa Dia
mengiginkan kemudahan bagi kita dalam puasa ini.
يُرِيدُ اللّهُ بِكُمُ
الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
Allah menghendaki kemudahan
bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. (QS.
Al-Baqarah : 185)
Dan dibandingkan dengan puasa
yang Allah SWT tetapkan buat Maryam, dimana puasanya akan menjadi batal kalau
berbicara, puasa yang disyariatkan buat umat Nabi Muhammad SAW jauh lebih
ringan, karena berbicara itu tidak membatalkan puasa.
نِّي نَذَرْتُ
لِلرَّحْمَنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنسِيًّ
Sesungguhnya aku telah
bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara
dengan seorang manusia pun pada hari ini."(QS.
Maryam: 26)
Selain itu juga puasa yang
disyariatkan buat kita ini dipenuhi dengan berbagai macam rukhshah atau
keringanan. Misalnya, orang yang sakit, musafir dan orang yang tidak mampu,
dibolehkan tidak puasa, walau pun nanti wajib mengganti baik dengan qadha’ atau
dengan membayar fidyah.
Dan salah satu bentuk
keringanan puasa buat umat Nabi Muhammad SAW adalah diharamkannya puasa wishal,
yaitu puasa terus menerus tanpa berbuka dan sahur. Puasa itu memang dibolehkan
bagi beliau SAW, karena beliau mendapat makanan dari Allah SWT. Namun bagi
umatnya, puasa dengan cara menyakiti diri seperti itu termasuk haram hukumnya.
نَهَاهُم النَّبِيُّ عَنِ الوِصاَلَ رَحْمَةً لَهُمْ فَقَالُوا:
إِنَّكَ تُوَاصِلْ؟ قَالَ: إِنِّي لَسْتُ كَهَيْئَتِكُمْ إِنِّي يُطْعِمُنِي
رَبِّي وَيَسْقِيْنِي
Rasulullah SAW melarang para
shahabat berpuasa wishal sebagai bentuk kasih sayang kepada mereka. Para
shahabat bertanya, "Anda sendiri berpuasa wishal?". Beliau SAW
menjawab, "Aku tidak seperti kalian. Sesungguhnya Allah memberiku makan
dan minum". (HR. Bukhari dan Muslim)
1. Lebih Sedikit
Dibandingkan dengan jumlah
hari yang Allah SWT tetapkan buat umat lain, puasa yang diwajibkan buat kita
sebagai umat Nabi Muhammad SAW jumlahnya hanya sedikit.
Hal itu terungkap ketika Allah
SWT berfirman :
أَيَّاماً مَّعْدُودَاتٍ
Hanya dalam beberapa hari yang
tertentu. (QS. Al-Baqarah : 184)
Umat Rasulullah SAW ini hanya
diwajibkan puasa di bulan Ramadhan saja, sementara sebelas bulan lainnya tidak
wajib. Tentu cara seperti ini jauh lebih ringan dari puasa yang Allah SWT
wajibkan kepada Nabi Daud alaihissalam dan umatnya.
Meski pun mereka diwajibkan
puasa berselang-seling sehari puasa dan sehari tidak, namun mereka diwajibkan
berpuasa sepanjang tahun seumur hidup.
2. Disyariatkan Makan Sahur
Selain masalah keringanan,
perbedaan yang lainnya adalah disyariatkannya makan sahur sesaat sebelum
dimulainya puasa.
Meski pun makan sahur itu
hukumnya sunnah, namun secara tegas Rasulullah SAW menyebutkan bahwa makan
sahur itu adalah hal yang membedakan antara puasa kita dengan puasa orang-orang
terdahulu, khususnya agama ahli kitab, baik nasrani maupun yahudi.
Hal itu bukan sekedar karangan
para ulama, melainkan benar-benar Rasulullah SAW sendiri yang menyebutkan dalam
sabda beliau :
فَصْل مَا بَيْنَ
صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْل الْكِتَابِ أَكْلَةُ السَّحَرِ
Yang membedakan antara puasa
kita dan puasa ahli kitab adalah makan sahur. (HR.
Muslim)
Dari hadits ini kita jadi
tahu, rupanya umat-umat lain itu meski diwajibkan berpuasa, tetapi mereka tidak
disyariatkan untuk melaksanakan makan sahur.
Dan pada kenyataannya, hikmah
dari makan sahur itu akhirnya akan dirasakan sendiri oleh kita sebagai umat
Muhammad SAW, yaitu puasa kita menjadi lebih kuat. Sebagaimana sabda beliau :
اسْتَعِينُوا بِطَعَامِ
السَّحَرِ عَلَى صِيَامِ النَّهَارِ وَبِالْقَيْلُولَةِ عَلَى قِيَامِ اللَّيْل
Mintalah bantuan dengan
menyantap makan sahur agar kuat puasa di siang hari. Dan mintalah bantuan
dengan tidur sejenak siang agar kuat shalat malam.
(HR. Ibnu Majah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar